Ir M.A. Ratna Ariani MBA , Caleg DPR RI Partai HANURA

Moto picek, kuping budeg, pikiran peteng, weteng wareg...
(Bahasa Jawa yang artinya: mata buta, telinga tuli, pikiran gelap, perut kenyang)

Kalimat inilah yang paling sering saya dengar saat berkunjung ke desa-desa sekitar Ungaran Barat. Sambil menyeruput kopi hangat menjelang tengah malam, maklum kami harus menunggu kaum bapak selesai pengajian sebelum bersilaturahmi, kami ngobrol ringan sambil memperkenalkan diri. Dan begitulah kesan mereka terhadap para wakil rakyat yang sebelumnya mereka percayakan bisa membawa aspirasinya.



Sampun kesupen bu ! Sudah pada lupa dengan kami katanya.  Nyuwun pangapunten, kulo mboten saget kromo, lha sampun kintir dateng segoro :D 



Pengalaman masa lalu membangun relasi sungguh sangat membawa arti di kelompok  akar rumput. Rupanya para caleg yang gambarnya terpampang sepanjang jalan tidak membawa arti sama sekali dibandingkan mereka yang tidak ada gambarnya di jalanan tapi pernah berjumpa satu-dua kali. Lha yang pernah jumpa saja belum tentu dipilih kembali, apalagi yang cuma melihat gambarnya di jalan ataupun di kaos T shirt yang dibagikan. Sungguh suatu pemborosan yang luar biasa. Apakah begitu mudahnya mendapatkan suara dengan hanya memasang baliho dan spanduk dimana-mana?

Kesempatan berjumpa para tokoh warga dan ulama seperti ini memberi pelajaran berharga bagi saya. Inilah pembelajaran politik yang sebenarnya. Para caleg harus bisa memposisikan dirinya, apakah mewakili pemerintah memahami latar belakang setiap keputusan politik. Memiliki kebiasaan mendengar dan mencoba memahami pola pandang mereka sambil membangun hubungan bukan hal mudah. Beberapa kali saya terpaksa menolak permintaan warga yang belum-belum sudah minta disediakan makan lengkap prasmanan dan uang transport.  

Inilah hasil ‘pendidikan politik’ yang memanjakan rakyat dengan lembaran puluhan ribu. Bahkan seorang warga cerita bahwa di dusunnya kalau pasang bendera parpol “anu” dapat ongkos pasang Rp 35.000,- tetapi berhubung dusun tersebut punya aturan main tersendiri yaitu hanya memasang bendera dari parpol yang memiliki caleg berasal di dusunnya, maka hanya beberapa parpol bisa mengibarkan benderanya disana. Wow… sikap yang patut dihargai ! 

Komitmen warga melalui musyawarah desa ternyata menjadi aturan main yang disepakati semua warganya. Nah yang begini ini tidak bisa dengan mudah suaranya dibeli dengan uang.

Bertemu dengan para pemilih pemula pun membawa pembelajaran sendiri untuk saya. Mereka menjadi kritis dengan adanya teleisi dan internet, padahal tinggal di pelosok desa yang lumayan jauh dari kota semarang. Seorang anak muda yang baru juga akan mencontreng 2009 bertanya ” apa maksudnya UU BHP dan apa akibatnya untuk kami ini?”. 

Nah yang begini ini yang saya tunggu, kesadaran politik dibangun manakala ada kesadaran diri akan perannya ditengah masyarakat. Walhasil kita semua hidup dalam produk hukum dan produk politik, maka jangan salahkan rakyat kalau mereka tidak mau memilih orang yang tidak dikenal apalagi yang tidak pernah mau turun berjumpa dan berdialog dengan mereka. Bagaimana membangun hubungan jangka panjang kalau bertemu saja tidak mau? Gak heran yang terjadi ya itu tadi, para anggota dewan terhormat akhirnya menjadi  : moto picek, kuping budeg,  pikiran peteng lan weteng wareg…

Seperti kutipan di www.ratnaariani.com

Biodata

Nama Lengkap:
Ir M.A. Ratna Ariani MBA

T.Lhr/Umur/JK/Status:
Jogyakarta, 15 Agustus 1961

Menikah dan dikaruniai 3 anak

Pendidikan:
* SD - SMA 1980 di St Theresia Jakarta
* S1 1987 Fakultas Teknik Sipil UNPAR Bandung
* S2 1991Manajemen dari STMB sekarang Institut Manajemen Telkom

Hobby
Travelling, Membaca & Menulis

Riwayat Organisasi
1. (1982 - 1984) Pengurus Senat Mahasiswa Fakultas Teknik Sipil UNPAR
2. (199 8) Ikut mendirikan I2BC Infocosm Indonesia Business Community bersama majalah SWA dan Accenture
3. (2000 - sekarang) Terlibat sebagai pengurus Dewan Paroki Santa Perawan Maria Ratu. Jabatan yang pernah diterima : Ketua Lingkungan Monika, Sekretaris Dewan Paroki dan Koordinator Bidang Pewartaan serta Prodiakon.
4. (2001 - sekarang) Ketua Yayasan Kasih Abadi yang menyelenggarakan karya sosial bersama PEMDA DKI sejak 1987.
5. (2004 - 2010) Sekretaris BPK PKK Keuskupan Agung Jakarta
6. (2004) Terdaftar sebagai caleg PDS DPRD DKI untuk Jakarta selatan
7. (2006) Wakil Sekjen Partai Damai Sejahtera
8. (2007 - 200 8) Ketua Bidang Pengembangan Organisasi Partai Demokrasi Kebangsaan Bersatu dan KoorWil Jogya. Tidak lolos verifikasi sehingga seluruh pengurus DPP bergabung dengan HANURA.
9. (2008) Terdaftar sebagai caleg DPR RI no urut 3 untuk dapil Semarang, Salatiga dan Kendal

Riwayat Pekerjaan:
1. (1991- 2001) Senior Manager di Accenture Indonesia (Konsultan IT)
2. (2001- sekarang) Mengelola bisnis keluarga di bidang property dan merintis usaha retail.
3. (200 8) Associate Director di TASS Consulting
4. Profesi lain : Pengajar di Haggai Institute Indonesia sejak 2006 yang menyelenggarakan pelatihan kepemimpinan tingkat nasional dan internasional.

Karya Sosial:
* Bekerja sama dengan PEMDA DKI untuk memberikan pendampingan rohani serta bantuan lainnya bagi warga binaan di panti laras 1, 2, RS Jiwa Grogol dan RSJ Bogor serta panti-panti jompo lainnya. Total sekitar 2500 warga binaan yang dilayani rutin sejak 1987.
* Mengadakan kunjungan dan bakti sosial ke berbagai desa di Nias, Papua, Pulau Jawa dsb.
* Membantu penyelenggaraan pendidikan melalui bea siswa dan perbaikan sarana pendidikan di beberapa sekolah di pedalaman Papua, Sumatera Utara dan Kalimantan.
* Menjadi relawan pendamping warga binaan korban narkoba selama 2 tahun, berhenti karena rumah penampungan pindah ke Jakarta Barat.
* Mengadakan sosialisasi kampanye anti sampah bersama GROPESH dengan mengadakan lomba slogan, lomba jingle dan lomba foto. Saat ini gerakan ini berkembang menjadi pembinaan kader penggerak cinta lingkungan bersama ormas lintas agama dan PEMDA DKI.
* Terlibat dalam sosialisasi Credit Union untuk mengajak keluarga prasejahtera menjadi lebih mandiri.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama