Tanthowi Yahya: Sampaikan Permasalahan Sulit dalam Bahasa Sederhana

Tanthowi Yahya
Bekasi, dobeldobel.co.cc
Ada dua orang Yahya yang saya kenal di Indonesia. Yang satu saya kenal sewaktu saya masih bekerja di Indosiar, yakni Tanthowi Yahya dan yang satu lagi yang pernah saya datangi kantornya untuk proposal acara televisi dan saya bertemu dengannya pertama kali di hotel berbintang kawasan Sudirman beberapa saat setelah kekalahannya sebagai kandidat pada pilkada Gubernur Sumsel, Helmi Yahya.



Dua-duanya adalah pribadi yang menarik dan menyenagkan. Bila Helmi Yahya, yang kala pertama kami bertemu di Hotel Le Meridien, saat itu masih bisa tersenyum "ala kadarnya" di tengah kekalahannya yang konon menelan biaya milyaran itu, saya sempat mengingatkannya tentang proposal acara televisi yang sebenarnya berkaitan dengan kesibukannya jadi kandidat pilgub, Tapi mungkin karena saking "super sibuk" and "pusing" dia tak memperhatikan ucapan saya sama sekali. Ya sudah, palingg nggak dia sudah melihat wajah saya dan sedikit banyak terekam kan di benaknya. Biar pun begitu Helmi Yahya sosok yang menarik.

Sedangkan Tahthowi Yahya, saya lebih sering menjumpai dia tersenyum kepada siapa saja (Tauk deh kalau sama musuhnya? Itu pun saya ragu kalau dia punya musuh, atau "merasa" punya musuh!).

Saat pertama kali jumpa dia mau shooting di Indosiar, saya tengah mendisain sebuah tokoh animasi film superhero Indonesia, Saras 008. Mas Tiwai demikian panggilan akrabnya menyapa saya "halo!" yang saya balas dengan anggukan dan senyuman. Sempat semenit dia berdiri melihat saya sedang bekerja, entah berapa lama dia di belakang saya setelah saya menyapanya kembali, "Gimana kabar mas Tantho... mau on air ya?" dan dia menjawab dengan anggukan dan tetap tersenyum.

Kayaknya dia nggak terlalu usil dengan menanyakan basa-basi, "Sedang ngerjain apa?" seperti kebanyakan orang yang sok akrab. Malah saya merasa dia sedikit mengagumi kerja grafis saya. Padahal yang saya kerjakan itu adalah hasil kerja teman kerja saya (maaf mas Irenaus Quarto, saya nggak ngaku-ngaku itu kerjaan saya loh... cuma lagi ngerapihin dan mau mempercantik aja,

Dari basa-basi yang nggak basi itu saya coba meminta kartu namanya, dan ajaib... dia mau begitu saja memberikan kartu namanya kepada saya. Luar biasa...! Begitulah kesan saya terhadap tokoh satu ini.

Tantowi Yahya pernah menyandang julukan master of ceremony termahal dengan bayaran Rp 1 miliar. Tapi, kata Tantowi, “Itu hanya isu. Gosip.” Apa pun, terlepas dari itu, Tantowi memang kini terkenal sebagai presenter. Dan, itu bukan jatuh dari langit.

Sejak kecil cita-citanya jadi diplomat, tapi kandas karena lulusan STM, waktu itu, tidak boleh melanjutkan kuliah ke universitas. “Kalau saja saya dulu lulusan SMA, saya akan masuk jurusan hubungan internasional,” kata pengagum John F. Kennedy ini. Cita-cita itu akhirnya dipendam walau ia masih tetap ingin mewujudkannya.

Lulus STM, Tantowi sempat pindah-pindah akademi. Sempat masuk akademi perhotelan di Yogya, kemudian ia pindah ke Bandung, juga di institut perhotelan, walau hanya satu tahun. Beberapa kali ia pindah kerja, dari hotel yang satu ke hotel yang lain, dari posisi receptionist sampai asisten manajer. Toh, ia tak betah juga, karena kerja di hotel kurang tantangan.

Suatu ketika pada tahun 1987, Wakil Direktur PT BASF Indonesia menawari kerja di kantornya. Maka, Tantowi pindah kerja ke BASF, dari promotion officer sampai public relation manager. Tujuh tahun kemudian, Tantowi keluar dan mendirikan PT Ciptadaya Prestasi, perusahaan yang bergerak di bidang rekaman dan jasa penyelenggaraan pertunjukan.

Selama lima tahun, sejak 1989, wajahnya nongol di TVRI, ketika membawakan acara kuis Gita Remaja di TVRI, arahan Ani Sumadi. “Dialah yang melahirkan saya menjadi orang televisi sebagaimana sekarang ini,” kata Tantowi. Dan, ia tak hanya mengandalkan hoki tapi juga kemampuan.

Menjadi MC Twilite Orchestra di Puri Agung Sahid 1993 adalah pengalamannya yang paling berkesan. Konser baru berjalan dua lagu, tiba-tiba lampu mati. Ia langsung naik panggung, mengambil mikrofon yang masih nyala dan ada titik cahaya yang mengarah ke dirinya. “Kurang lebih 20 menit saya bikin joke. Penonton pun terhibur.”

Tampilnya di kuis Who Wants To be a Millionaire di RCTI —menurut penerima penghargaan sebagai Penyanyi Country & Balada Terbaik AMI-Sharp Awards 2001 — itu yang paling menarik. “Kalaupun saya pensiun karena sesuatu dan lain hal, saya tidak penasaran lagi.”

Nama :
Tantowi Yahya

Lahir :
Palembang, 29 Oktober 1960

Agama :
Islam

Pendidikan :
Akademi

Karir :
- Pembawa Acara Kuis Gita Remaja TVRI (1989-1974)
- Promotion Officer PT BASF
- Public Relation Manager PT BASF
- Managing Director P.T. Ciptadaya Prestasi/Artis

Kegiatan Lain :
- Sekjen Asosiasi Industri Rekaman Indonesia (Asiri)
- Sekjen Yayasan Anugerah Musik Indonesia (Yami)

Penghargaan :
Penyanyi Country & Balada Terbaik AMI-Sharp Awards 2001

Keluarga :
Ayah : H.M. Yahya Matusin Ibu : Hj. Komariah Yahya Istri : Dewi Handayari Anak : M. Adjani Prasanna Yahya

Alamat Rumah :
Jalan Bintaro Puspita VI/BB 9, Bumi Bintaro Permai, Jakarta Selatan

Alamat Kantor :
Jalan Kesehatan III/15, Petojo Selatan, Jakarta

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama