Hj. Harty S. Muntako, Caleg DPRD II Kota Bekasi dari PDIP dapil I Bekasi Timur No. 3

Harty Sugiarti Muntako
Mengikuti Insting Bisnis

BAGI sebagian orang, berwiraswasta merupakan sesuatu yang sulit dilakukan. Selain khawatir harus menyediakan modal yang besar, atau tidak punya kesempatan, sebagian orang juga merasa jiwanya tidak cocok dengan dunia wiraswasta. Namun, bagi Harty Muntako (43), berbisnis bukanlah hal yang tidak bisa dilakukan. Dengan berbagai macam bisnis yang ditekuni, Harty membuktikan dirinya bisa menjadi wiraswasta yang tangguh di tengah perekonomian yang sedang lesu.


MODAL memang sering menjadi kendala bagi pelaku usaha. Tetapi, bagi saya, sampai saat ini belum menjadi kendala. Setiap kali selalu ada bank yang menawarkan pinjaman untuk saya. Mereka percaya pada saya karena surat-surat kelengkapan bisnis saya lengkap, dan mereka melihat bagaimana saya menjalankan bisnis," ungkap Harty di tengah-tengah persiapan Pameran Produk Ekspor di Pekan Raya Jakarta, Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa (14/10).

Dalam pameran tersebut, Harty menawarkan produk garmennya yang dibuat di Pekalongan, Jawa Tengah. Menurut dia, produk itu sangat laku di pasar luar negeri, seperti beberapa negara di Eropa, Jepang, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Harty memang belum melakukan ekspor, tetapi produk itu dibawanya sendiri ke pameran-pameran yang digelar di luar negeri.

Menurut Harty, dalam menjalankan bisnis yang terpenting adalah mengikuti insting. Soal pengetahuan produk, itu bisa dipelajari. Selain garmen, Harty juga memiliki usaha bunga kering dan artifisial, agen beras, minimarket, rumah makan, dan properti. Jumlah orang yang bekerja padanya sekitar 65 orang.

"Saya tidak pernah menduga bakal mempunyai bisnis sebanyak itu. Semua mengalir apa adanya. Kebetulan saja ada kesempatan, lalu saya lihat bisnis itu berprospek, ya saya ambil. Namun sebelum memulai bisnis, saya selalu berkonsultasi dengan suami, agar usaha ini bisa langgeng," ujar istri Muntako, kontraktor properti di Bekasi ini.

SEMULA Harty hanya seorang istri yang membantu suaminya berbisnis properti. Suami menjadi direktur, dan Harty memegang bagian pemasaran dan keuangan. Bisnis properti yang ditekuni adalah membangun gedung dan jalan yang dibutuhkan Pemda Bekasi. "Dulu, sebagian besar proyek- proyek kami adalah proyek APBD Bekasi. Cukup baik, tetapi lama-kelamaan saya lihat proyek-proyek itu menjadi rebutan. Banyak orang berebut ingin mendapatkan proyek itu. Bahkan sesama saudara jadi gontok-gontokan gara-gara rebutan proyek. Saya pikir, bisnis ini tidak akan bertahan lama karena semakin tidak sehat," kata Harty mengenang.

Kebetulan, pada tahun 1990, Harty mendapat kesempatan membuka bisnis toko bunga. Pembuatan toko bunga itu, menurut Harty, tidak disengaja. "Waktu itu, saya mendapat proyek untuk membangun Pasar Baru Bekasi. Saya menyediakan bangunan kecil untuk ruang satpam di salah satu pojok pasar. Ternyata, kalau malam, bangunan tersebut menjadi tempat kencing orang lewat. Bau pesingnya membuat pemilik toko di dekat bangunan satpam itu protes. Akhirnya, bangunan itu saya jadikan toko bunga saja, biar wangi," kata Harty.

Semula Harty diharuskan oleh Pemda Bekasi untuk membuat toko bunga segar. Akan tetapi dia khawatir rugi. "Bunga segar hanya tahan beberapa hari. Kalau tidak laku, saya rugi. Apalagi saya tidak punya pengetahuan soal bunga sama sekali. Selain itu, saya takut dengan ulat yang sering ada pada bunga," ujar Harty.

Akhirnya, Harty hanya menjual bunga kering dan artifisial. Dia pergi ke kawasan Mangga Dua untuk belajar soal bunga. Dia juga belajar bagaimana merangkai bunga. Dari yang tidak punya pengetahuan sama sekali soal bunga, Harty sekarang mempunyai tiga toko bunga yang besar di Bekasi bernama Sari Florist.

"Saya sama sekali tidak menduga soal bunga ini. Bisnis saya bisa besar karena kebetulan di Bekasi pada tahun 1990 belum ada toko bunga. Sampai sekarang toko bunga saya bisa dibilang yang terbesar di Bekasi," kata Harty, yang menjadikan pabrik dan perkantoran di kawasan industri Bekasi sebagai pasar utamanya.

Selain hampir tidak ada saingan, bisnis bunga Harty berkembang pesat karena keuntungan yang didapat cukup besar. Harty mengaku, dia bisa mendapat keuntungan 100 persen dari modal yang dikeluarkannya. "Hanya saja, bisnis bunga sekarang sedang lesu. Siapa sih yang masih terpikir beli bunga saat ini? Kalau tidak ada acara resmi di pabrik atau kantor, tidak ada yang beli," kata Harty yang tetap bertekad memelihara bisnis bunganya.

BERHASIL pada bisnis bunga, tahun 1995 Harty tertarik menjadi agen beras di Bekasi. Terlebih pada tahun itu persaingan di properti semakin ketat. Pasangan suami-istri ini memutuskan untuk berhenti usaha properti. Keputusan "banting setir" ini ternyata tepat, mengingat tahun 1998 hampir semua bisnis properti ambruk karena krisis moneter.

"Kami memutuskan menjadi agen beras. Kebetulan suami saya dulu petani. Jadi dia tahu mana beras bagus dan mana yang jelek. Dia keliling ke tempat para petani untuk mencari beras," kata Harty.

Agen beras milik mereka semakin hari makin berkembang. Pangsa pasar berasnya adalah kalangan menengah atas. Harganya berkisar dari Rp 2.500 hingga Rp 5.500 per liter untuk beras lokal. "Pelanggan saya tidak hanya datang dari Bekasi, tetapi juga dari Bintaro, Ciputat, dan Serpong," katanya.

Sementara menjalankan bisnis beras, Harty tetap menekuni bisnis bunganya. Selain di toko, Harty juga mengikuti pameran di mal atau tempat-tempat lain. Namun tidak semua pameran mau menerima stan bunga Harty. "Sering kali saya ditolak untuk ikut pameran, karena mereka hanya ingin menampilkan garmen. Gara-gara keseringan ditolak, akhirnya saya tergerak membuat garmen biar boleh ikut pameran," kata ibu tiga anak ini.

Untuk memulai bisnis garmen, Harty pergi ke Pekalongan, Jawa Tengah. Di sana dia mencari pembatik yang bisa diajak bekerja sama. Dia pesan bahan jadi, kemudian menjahitnya. "Saya tidak bisa dan tidak punya waktu untuk membatik. Lebih baik saya beli bahan jadi, lalu saya jahit di konveksi. Modelnya saya yang pilih. Saya merasa tahu model yang sedang tren di pasar," kata Harty yang aktif di Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia cabang Bekasi ini.

Untuk bisnis rumah makan, Harty memiliki rumah makan padang dan sunda. Maksudnya, selain mendapatkan keuntungan, di rumahnya juga tidak perlu memasak lagi. Sebentar lagi dia akan menambah jumlah rumah makannya. Rumah makan itu rencananya agak berbeda dengan yang sudah dimilikinya. "Idenya saya dapat dari sopir saya. Dia pernah mengeluh ingin mendapatkan makanan yang murah, tetapi enak dan banyak."

Konsep yang ditawarkan adalah rumah makan dengan satu harga. Jadi dengan uang Rp 5.000, konsumen sudah mendapatkan nasi sesukanya, dua macam masakan sayur, satu jenis lauk, dan air putih.

Dengan bisnisnya yang beragam ini, Harty mengaku amat bersyukur karena semula dia pun merasa tidak mempunyai jiwa bisnis. "Mungkin karena saya bisa memanfaatkan peluang dan selalu menjaga hubungan baik dengan teman, sehingga semua usaha bisa lancar," ujarnya menegaskan. ( ARN - Kompas Minggu, 19 Oktober 2003 )



Nama:

Hj. HARTY S. MUNTAKO

TTL:
Jakarta, 22 September 1960 / 48 Tahun

Jenis Kelamin:
Perempuan

Agama:
Islam

Status:
Menikah

Nama Suami :
H. Muntako
Jumlah Anak : 3 orang

Alamat terakhir:
Jl. RS. Mekar Sari no. 3 RT. 008 RW. 007
Kelurahan Bekasi Jaya, Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi

Riwayat Pendidikan:
1.SD. Angkasa X Halim Perdana Kusuma Jakarta Timur,1967-1973
2.SMP Negeri 80 Halim Perdana Kusuma Jakarta Timur,1973 - 1976
3.SMA Negeri 1 Bekasi, tahun 1976 – 1979
4.Universitas Wirausaha Indonesia, tahun 2006 s/d sekarang

Kursus/ Diklat yang Pernah diikuti:
a. Seminar-seminar Export-Import dan Misi Dagang oleh BPEN di :
-- 1.Berlin- Jerman, tahun 2003
-- 2.Nancy & Paris - Perancis, tahun 2004
-- 3.Tokyo- Jepang, tahun 2005
-- 4.Fukuoka - Jepang, tahun 2005
-- 5.Pyongyang - Vietnam, tahun 2006
-- 6.Kualalumpur - Malaysia, tahun 2004 - 2006
-- 7.Singaphore , tahun 1997 - 2005
b. Workshop Change Management Indonesia, tahun 2007
c. Ajang Apresiasi bagi Entrepreneur UKM , Menkop UKM RI,2006
d. ADB, Asian Development Bank, tahun 2002

Riwayat Organisasi:
1. Penasehat, KADIN(Kamar Dagang dan Industri)Kota Bekasi, 2001
2. Dewan Penasehat, Harian Nasional Indonesia ’45, 2003-Sekarang
3. Dewan Penasehat, One Center Kota Bekasi, 2007
4. Ketua, IWAPI (Ikatan Pengusaha Indonesia) Kab.Bekasi, 2005
5. Ketua, APJI(Asosiasi Pengusaha Jasa Boga Indonesia), Kota Bekasi, 2005
6. Ketua, APKA(Asosiasi Pedagang Komoditi Agro, Kota Bekasi, 2006-Sekarang
7. Ketua, MADUKASI (Masyarakat Peduli Bekasi) Kota Bekasi, 2006
8. Bendahara, FKPPI (Forum Komunikasi Putra-Putri ABRI), 2005
9. Sekretaris, ASKUMINDO (Asosiasi Kontraktor Umum Indonesia)2007
10. Bendahara, LSM PEKAT Kota Bekasi, 2007 - 2011
11. Bendahara, PHRI(Pengusaha Hotel dan Restoran Indonesia), 2004
12. Sekretaris, Komunitas Bangun Bekasi, 2007 - 2011
13. Sekretaris, Forum UKM (Usaha Kecil Menengah), 2007 - 2011
14. Penasehat, Yayasan Insan Prestasi, 2007
15. Dewan Penasehat Gema Keadilan Kota Bekasi (2007- 2010)
16. Bendahara, Forum Lembaga Hukum Kota Bekasi (2007- Sekarang)

Riwayat Pekerjaan:
1.Direktur CV. Arga Wulan group Kota Bekasi, 1984 s/d sekarang
-- a. RM. Wulan Sari, Jl. Kemakmuran no. 45 - 47 Kota Bekasi
-- b. RM. Sari Bunda, Jembatan nol Rawalumbu Kota Bekasi
-- c. Sari Florist (Toko Bunga) Pasar Baru, Kota Bekasi
3.Kontraktor, Pembangunan Infrastruktur Kota Bekasi, 1984
4.Pembangunan Pasar di kota Bekasi,Karawang & Purwakarta 1982
5.Membangun GOR Kota Bekasi, 1986

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama