Mochtar Mohamad Wali Kota Bekasi

Kisah Mochtar Mohamad Memimpin Kota Bekasi (2)

Dari Gorontalo Bermodal Rp 80 Ribu ke Jakarta Semangat dan tekad kuat mengubah nasib, membawa Mochtar muda merantau ke Jakarta. Bermodal uang Rp 80 ribu, pada 1984 dia menginjakkan kakinya di Jakarta. Seorang diri dia bertahan di kerasnya ibu kota hingga berhasil menjadi orang nomor satu
di Kota Bekasi.

KEPUTUSAN tepat Mochtar merantau ke Jakarta, di rasakan manisnya puluhan tahun kemudian dengan menjadi orang nomor satu di Kota Bekasi. Awalnya, setelah lulus dari SMA Persiapan Gorotalo, yang kini berubah nama jadi SMA 3 Gorontalo, membuat Mochtar muda langsung bekerja. Berbagai pekerjaan serabutan pernah dia lakukan di tanah kelahirannya. Kabupaten Gorontalo, Provinsi Sulawesi Utara yang kini telah menjadi provinsi.

Tapi,padaera-80,Kabupaten Gorontalo belum berkembang seperti saat ini. Merasa tidak akan berhasil menjadi "orang", maka berbekal tekad kuat mengejar cita-cita dan membahagiskan

orangtua membuat dia merantau ke Jakarta. Berbekal Rp 80 ribu yang dia dapatkan dari bea siswa Supersemar. Mochtar nekat ke Jakarta menumpang kapal laut kelas ekonomi.

Dengan dana terbatas, membuat Mochtar harus pintar-pintar mengatur uang yang dimilikinya. Bayangkan, dari Rp 80 ribu itu harus dikeluarkan Rp 70 ribu untuk membeli tiket kapal laut. Sisanya, Rp 10 ribu, dia gunakan antuk keperluan makan dan minum sepanjang perjalanan ke Jakarta. "Bayangkan, ke Jakarta dengan uang Rp 10 ribu. Apalagi perjalanan ke Jakarta naik kapal laut saat itu berhari-hari," ujar Mochtar juga kepada INDOPOS.

Sesampainya di Jakarta, Mochtar lantas mendatangi kerabatnya yang tinggal di Harapan Baru. Bekasi. Menumpang tinggal di rumah saudara, Mochtar lantas mencari-cari lowongan pekerjaan yang tepat untuk dirinya.Tidak lama menganggur, lantaran berotak encer Mochtar diterima bekerja di salah satu percetakan di Jakarta menjadi desainer grafis.

"Satu lagi, saya juga hobi menggambar. Jadi, hobi pun bisa menghasilkan uang," ungkapnya juga. Pekerjaannya,tiap hari menggambar sampul buku yang diterbitkan perusahaan tempat dia bekerja. Karena cemerlang.membuat Mochtar mendapat promosi jabatan hingga dipercayakan menjadi direktur di perusahaan tersebut.

"Walau menjabat direktur, tapi saya tetap desainer. Karena perusahaan hanya mempercayai karya saya untuk sampul buku. Jadi, saya punya dua jabatan," ucap Mochtar senyum mengenang masa-masa sulit dulu. Jerih payah yang dia hasilkan membuat Mochtar mampu mandiri bahkan membiayai hidup keluarga yang dia tumpangi selama di ibu kota. Pasalnya, selama awal-awal dia bekerja. Mochtar kerap makan dan minum di rumah tersebut.

Selanjutnya, karena ingin mandiri dan agar dekat dengan kantor, membuat Mochtar ngekos di wilayah Tanah Tinggi, Jakarta Pusat. "Itu tahun 1986. Saya menyewa kos satu kamar berukuran 4x4 meter persegi," cetusnya, (bersambung)

sumber tulisan : DENY ISKANDAR

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama